Universitas Paramadina Sinergi dengan MPR-RI Gelar Diskusi Memperkuat Visi Kebangsaan dalam Atasi Lingkungan dan Iklim

Berita312 Dilihat

Cipayung – Jakarta timur, mitratnipolri.co.id :

Prof. Didik J. Rachbini selaku Rektor Universitas Paramadina menjadi Keynote Speaker dalam acara memperkuat visi kebangsaan dalam mengatasi lingkungan dan iklim yang bekerja sama dengan MPR RI.
Acara bertempat di Aula Nurcholish Madjid lantai 8 Gedung A, Kampus Cipayung Universitas Paramadina Jalan Raya Mabes Hankam No.Kav 9, Setu, Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta Timur Daerah Khusus Ibukota Jakarta 16680. Jum at, 13 Desember 2024.

Menghadirkan narasumber
Eddy Soeparno selaku Wakil Ketua MPR RI, Dr. Ica Wulansari, M.Si selaku Dosen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Paramadina dan Dr. Aan Rukmana, MA., MM selaku Direktur Kemahasiswaan dan Dosen Falsafah dan Agama Universitas Paramadina dengan
Moderator Myura Blessya Vevanya selaku Ketua Serikat Mahasiswa (SEMA) Paramadina

Acara ini dihadiri Mistery Guest yakni
Dr Anies Baswedan, dan dalam kata sambutannya menerangkan bahwa hidup ini salah satu masalah paling besar umat manusia adalah bukan lagi climate change tapi climate Crisis dan krisis ini terasa sekali di Jakarta kebetulan hari ini sudah nggak Teduh tapi cuaca di Jakarta hari ini itu luar biasa dan teman-teman kita semua punya peran di sini untuk masing-masing minimal ada aktivitas kemudian ada sumber daya yang dipakai ada sumber daya yang dikeluarkan sisa yang dikeluarkan itu ada yang dalam bentuk hasil ada yang dalam bentuk sisa maka kalau ini dikurangi sisanya dengan begitu lingkungan kita mungkin akan lebih terjaga, seharusnya begitu ujarnya.

Eddy Soeparno selaku wakil Ketua MPR RI memaparkan materinya , “Data Indonesia asal sumber energinya itu berasal dari energi terbarukan.

Perusahan-perusahan di Indonesia yang kerjanya itu memproduksi barang-barang ekspor mereka sudah dibicarakan oleh kawan-kawan, pembelinya di luar negeri mengatakan kalau kamu tidak beralih ke sumber yang terbarukan tahun depan kuota kamu tidak akan kurang jadi sekarang banyak yang suka mencari otak PTI tetapi kita Memang agak lambat dalam mengembangkan sumber-sumber energi kita nah ini menjadi catatan bagi kita agar kita bisa mempercepat langkah tersebut, dan saya berharap Universitas Paramadina bisa menjadi world Class University agar kita ikut mempercepat dan mengangkat Indonesia cepat.ujar Edi Suparno dalam paparannya.

Dr. Aan Rukmana, MA., MM selaku Direktur Kemahasiswaan dan Dosen Falsafah dan Agama Universitas Paramadina menyampaikan paparan materinya , “Bahwa kemudian berkembangnya paham positivisme itu pun clear jadi kalau bapak ibu perhatikan di mana-mana orang sudah mulai melihat apapun dengan kacamata positif, kacamata kuantitif contoh misalnya Bapak Ibu duduk di sini bak punya perasaan ya punya hati punya kesadaran individu tapi kadang-kadang itu enggak dihitung sebagai sesuatu yang ada pokoknya.

Bahwa di depan saya ada 200 peserta seminar misalnya tapi pernah engak kita bayangkan bahwa ada 200 perasaan di sana Nah ketika perasaan itu kita nafikan hanya menjadi angka , bukankah itu terjadi di manapun mungkin juga termasuk di Indonesia melihat bangsa kita kebangsaan kita semuanya bicara angka kita lupa di belakang angka ada manusia yang juga punya perasaan punya hati itu contoh lainnya sehingga pada ujungnya manusia modern itu semakin asing dengan dirinya ini sudah 4 menit Jadi sudah asing dengan dirinya Jadi kalau ada pertanyaan Who Am I atau Who are you atau What are kita enggak bisa jawab dan ini krisis.

Cerita umat manusia itu sebetulnya karena umat manusia tidak tahu dia itu siapa? nah, sebetulnya ini bermula dari satu perdebatan di kalangan orang-orang pintar yang di dunia, coba membedakan ulisan dunia itu enggak boleh hubungkan dengan jiwa jiwa itu enggak bisa dicek secara ilmiah yang bisa dicek itu adalah masalah dunia saja maka sudah ada pemisahan antara jiwa dengan dunia ini di awal begitu ditambah Newton dengan mekanikanya jadi alam ini mekanik Enggak ada ruhnya enggak ada kehidupannya jadi kalau saya lihat pohon kalau di daerah Kuningan misalnya ada di Sunda wiwiitan ya pohon itu ada ada ruhnya, kita enggak boleh asal tebang maka orang mod enggak begitu, ada orang berfikir pohon kan benda mati tebang aja Nah ini Ini yang menjadikan kenapa orang itu menjadi kehilangan kebijaksanaannya.

Lebih lanjut Aan Rukmana menjelaskan kalau bicara alam sebetulnya enggak boleh Melupakan fitrahnya saya secara jujur di dunia ini eksistensi.

Yang pertama adalah materi. Ini contoh, meja mau diapain ya engak akan berubah karena dirinya kecuali lingkungan yang mengubahnya karena dia engak punya kehidupan tetapi jangan lupa ada tumbuhan tumbuhan ini punya kehidupan hanya saja sayang kita kekurangan ilmu untuk memahami ilmu hidup di tumbuhan sehingga ilmu berkembang meskipun itu ilmu biologi meskipun itu mungkin ilmu yang lainnya yang fisika kita melupakan dimensi kalau pohonan juga itu tumbuh nanti saya akan tunjukkan di budaya Indonesia ya bagaimana budaya Indonesia itu punya kearifan lokal yang itu seharusnya bisa kita kembangkan terus jadi nanti di pemerintah, ujar Aan Rukmana.

Jurnalis : Hendi Lotan
Editor : Taufik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *