Lebak Banten, mitratnipolri.co.id
Ketua Pelaksana HIMAS 2025, Lastron Banten P. Sinurat saat ditemui disela-sela persiapan kegiatan di Kasepuhan Guradok, Kabupaten Lebak, Banten kamis (7/8/2026).-
Jubi/Gamaliel Bogor Jubi Seruan perlawanan terhadap perampasan tanah dan penghilangan hak-hak mewarnai masyarakat adat Perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2025 di Kasepuhan Guradok, Kabupaten Lebak, Banten.
Ketua Pelaksana HIMAS 2025, Lastron Banten P. Sinurat menegaskan bahwa HIMAS bukan sekedar seremoni, melainkan momentum memperkuat hak menentukan nasib sendiri menuju konservasi pangan.
Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) bukan sekedar seremoni, Ini hari perlawanan, Ini hari ketika kita semua masyarakat adat dari seluruh penjuru dunia mengingat kembali sejarah panjang kolonialisme, perampasan, dan penghilangan hak-hak kami, Dan Hari ini, kami menekankan, kami tidak akan punah ujar Lastron Banten P. Sinurat.
STT Baptis Papua dan STBI Semarang teken MoU untuk program Doktor
Masyarakat Knasaimos mengajukan penetapan hutan adat ke Kementerian Kehutanan
Setelah Surabaya, teror intimidasi menyasar Mahasiswa Papua di Makassar
Aktivis Greenpeace: Ada kepentingan politik ekonomi dibalik tambang nikel di Indonesia
Utusan PBB temui korban perampasan tanah adat dan kerusakan hutan di Papua.
Perayaan HIMAS tahun ini mengusung tema nasional “Memperkuat Hak Menentukan Nasib Sendiri: Jalan Menuju Kedaulatan Pangan.” Menurut Lastron, tema ini sangat relevan dengan situasi yang dihadapi masyarakat adat di seluruh Indonesia, yang terus berjuang mempertahankan tanah, tradisi, dan kehidupan mereka dari ancaman investasi dan kebijakan negara yang sering kali abai terhadap eksistensi mereka.
Peserta dari 7 wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua telah hadir dan akan menetap selama tiga malam empat hari di rumah-rumah warga di Desa Guradok, Kasepuhan Guradok, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Peserta yang hadir bukan orang sembarangan, mereka ini adalah para pemimpin perempuan dari kampung-kampung, juga para jurnalis masyarakat adat yang selama ini kita didik dan dilatih untuk menjadi ujung tombak penyebaran informasi dari komunitas, jelas Lastron ”
Ia menambahkan bahwa para peserta yang tergabung dalam komunitas anggota Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) akan mengikuti sejumlah agenda penting selama kegiatan berlangsung. Dua Agenda Utama: Konsolidasi Perempuan Adat dan Komunitas Jurnalis pada 7–8 Agustus, HIMAS 2025 akan membuka dua forum utama
Pertemuan Perempuan Pemimpin dari Kampung dan Konsolidasi Jurnalis Masyarakat Adat, Ruang kedua ini, menurut Lastron adalah kunci dalam memperkuat pondasi gerakan masyarakat adat.
Selama ini, perempuan adat adalah penjaga kebudayaan, pertanian, dan spiritualitas komunitas, pertemuan ini adalah ruang mereka menyampaikan suara dan strategi perjuangan mereka katanya.
Sementara itu, dalam konsolidasi jurnalis adat, akan dideklarasikan pendirian Asosiasi Jurnalis Masyarakat Adat (AJMA) organisasi pertama yang mewadahi para komunitas jurnalis dari berbagai pelosok negeri.
Selama ini para jurnalis ini menulis dan memberitakan dari kampung kampungnya, mereka menghadapi intimidasi, pembungkaman, dan minimnya akses informasi, maka lewat AJMA, kita ingin memperkuat jaringan dan perlindungan bagi mereka, jelas Lastron.
Puncak HIMAS 9 Agustus: Deklarasi, Dialog Umum, Peluncuran Buku dan Panggung Budaya
Puncak perayaan HIMAS akan berlangsung pada tanggal 9 Agustus, bertepatan dengan peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia global. “Kita akan memulai dengan pawai budaya dari Palai Adat Kasepuhan Gura
Jurnalis : (Abdul Fatah)
Red/Anto Prayoga